Laporan Mikrobiologi –
Virologi
Uji Koefisien
Fenol
Disusun
oleh :
1. Ardina
Citra Astuti (1104015031)
2. Firma
Maulida (1104015106)
3. Fradita
Mardathilla (1104015113)
4. Lina
karlina (1104015175)
5. Switiani
eka yuliani (1104015314)
Kelas :3K1
Kelompok : 3
FAKULTAS FARMASI DAN
SAINS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik
karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus
memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.
Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara
dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam
proses sterilisasi.
Uji fenol
koefisien merupakan uji yang digunakan untuk membandingkan aktifitas
antimicrobial suatu senyawa kimia dibandingkan dengan fenol pada kondisi yang
standar. Sejumlah pengenceran seri dari
bahan kimia yang akan di uji dilakukan dengan pembanding fenol murni yang
dilakukan pada tabung reaksi steril. Sejumlah kultur murni mikroorganisme
standar unuk tes seperti Staphylococcus aureus atau Salmonella typhi
ditambahkan pada setiap tabung. Subkultur dari mikroorganisme tersebut dibuat
dari setiap pengenceran desinfektan uji dalam media cair steril pada interval
5, 10 dan 15 menit setelah mikroorganisme dimasukkan
pada desinfektan. Semua subkultur diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam dan diamati keberadaan atau ketidak beradaan pertumbuhannya.
Fenol koefisien diperoleh dengan membagi pengenceran tertinggi dari
desinfektan atau senyawa kimia uji yang mematikan mikroorganisme dalam 10 menit
tetapi tidak pada 5 menit dengan pengenceran fenol tertinggi yang membunuh
mikroorganisme dalam 10 menit, bukan pada 5 menit. Fenol koefisien yang angkanya tidak lebih dari satu menunjukkan bahwa agen
atau senyawa kimia uji tersebut sama efektifnya atau sedikit efektif
dibandingkan fenol. Koefisien fenol lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa senyawa kimia tersebut lebih efektif dibandingkan
dengan fenol jika dilakukan pada kondisi yang sama. Fenol koefisiennya 5
menunjukkan bahwa senyawa uji efektifitasnya 5 kali lebih besar dibandingkan
fenol.
B. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah
sebagai berikut :
- Untuk mengetahui efektifitas
suatu desinfektan.
- Untuk mengetahui keefektifan suatu desinfektan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai
bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki
karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan
merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam
keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari
mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah
infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen.
Pengetahuan
tentang desinfektan perlu dikembangkan, karena tidak semua desinfektan dapat
digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan tertentu
hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu
mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya
efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap
mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil
mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara
tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing
desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal
ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat
di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk
dari desinfektan.
Desinfektan
berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan memiliki toksisitas selektif yang
rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga
terhadap sel inang. Oleh karena itu, desinfektan hanya digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada lingkungan mati.
Sifat-sifat
penting Desinfektan
Beberapa sifat-sifat penting desinfektan, antara lain :
- Harus memiliki sifat
antibakterial yang luas.
- Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.
- Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya
bagi manusia maupun ternak.
- Memiliki daya tembus yang tinggi.
- Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh,
darah, nanah dan jaringan yang mati.
- Tidak mengganggu proses kesembuhan.
- Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam
jumlah yang besar.
Desinfektan,
selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka harus memiliki juga
sifat-sifat berikut :
- Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun
lapisan jaringan organik, sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme
yang lebih tinggi.
- Harus bisa dicampur dengan air, karena air
merupakan pelarut yang universal dan dengan senyawa-senyawa lain yang
digunakan untuk desinfeksi.
- Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang
panjang.
- Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun
desinfektan daya kerjanya akan lebih baik pada temperatur tinggi, namun
desinfektan yang bagus adalah desinfektan yang daya kerjanya tidak menurun
jika temperaturnya menurun. Pada umumnya desinfektan bekerja baik pada
temperatur di atas 650F. Klorin dan Iodifor sebagai desinfektan
bekerja baik tidak lebih dari 1100F.
B. Koefisien Fenol
Koefisien
fenol adalah kemampuan desinfektan untuk membunuh bakteri dibandingkan dengan
fenol. Uji fenol adalah membandingkan aktivitas antimikroba dari
komponen-komponen kimia dengan fenol sebagai standar uji. Pengenceran
desinfektan secara bertahap dan fenol ditempatkan dalam tabung reaksi steril,
kultur murni bakteri yang digunakan sebagai standar ditambahkan pada setiap
tabung. Bakteri itu tersbut dimasukan pada setiap tabung dengan interval waktu
5, 10, dan15 menit .Semua subkultur dieramkan pada suhu 37O selama48
jam dilihat kekeruhanya. Pada prinsipnya uji koefisien fenol merupakan
Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku terhadap aktivitas sampel
dengan pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi terendah dimana pertumbuhan
bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu. Metode
pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah dari
konsentrasi awal dengan volume yang sama. Metode turbidimetri Menentukan
takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan dilakukan V1 C1
= V2 C2.
Hasil kali
konsentrasi dengan volume senyawa yang semula digunakan adalah sama dengan
hasil kali konsentrasi senyawa tersebut dalam volume setelah pengenceran.
Fenol
memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki
sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O−
yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009). Dibandingkan dengan alkohol
alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan
mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan
yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan
ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan
sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan
menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena
atau asam benzoate dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai
hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti
yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik.
Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau
dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi
beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol
berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi
rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan
pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah
digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi,
Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah,
terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara
penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung
dapat mengakibatkan kematian langsung (Aditya, 2009).
BAB III
METODELOGI
A.
Alat
dan bahan
Alat :
1.
Tabung
reaksi
2.
Jarum
ose
3.
Bunzen
4.
Rak
tabung
5.
Stopwatch
Bahan :
1.
Medium
NB
2.
Fenol
3.
Aquadest
steril
B.
Prosedur
kerja
1. Pembuatan larutan baku fenol 2%
2 ml fenol + 98 ml aquadest steril
→vortex (baku fenol 2%)
·
1:80 → 5 ml baku fenol + 3 ml aquadest steril
o Diamkan selama 5, 10 dan 15 menit.
o Setelah 5 menit, celupkan jarum
tanam tajam kedalam tabung reaksi yang berisi baku fenol 1:80 dan celupkan lagi
kedalam media NB
o Lakukan hal serupa untuk 10 dan 15
menit
·
1:90 → 5 ml baku fenol + 4 ml aquadest steril
o Diamkan selama 5, 10 dan 15 menit.
o Setelah 5 menit, celupkan jarum
tanam tajam kedalam tabung reaksi yang berisi baku fenol 1:80 dan celupkan lagi
kedalam media NB
o Lakukan hal serupa untuk 10 dan 15
menit
·
1:100 → 5 ml baku fenol + 5 ml aquadest steril
o Diamkan selama 5, 10 dan 15 menit.
o Setelah 5 menit, celupkan jarum
tanam tajam kedalam tabung reaksi yang berisi baku fenol 1:80 dan celupkan lagi
kedalam media NB
o Lakukan hal serupa untuk 10 dan 15
menit
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4.1.
Hasil pengamatan Koefisien Fenol
No.
|
Pengenceran
|
5menit
|
10
menit
|
15
menit
|
Keterangan
|
1
|
1:80
|
-
|
+
|
+
|
Pada
menit ke 5 terjadi penghambatan pertumbuhan mikroba
|
2
|
1:90
|
+
|
+
|
+
|
terjadi
pertumbuhan mikroba
|
3
|
1:100
|
+
|
+
|
+
|
terjadi
pertumbuhan mikroba
|
Desinfektan (Bayclin)
No.
|
Pengenceran
|
5
menit
|
10
menit
|
15
menit
|
Keterangan
|
1
|
1:100
|
+
|
+
|
+
|
terjadi
pertumbuhan mikroba
|
2
|
1:110
|
+
|
+
|
+
|
terjadi
pertumbuhan mikroba
|
3
|
1:120
|
-
|
+
|
+
|
Pada
menit ke 5 terjadi penghambatan pertumbuhan mikroba
|
4
|
1:130
|
+
|
+
|
+
|
terjadi
pertumbuhan mikroba
|
Antiseptik ( Handy clean )
No.
|
Pengenceran
|
5
menit
|
10
menit
|
15
menit
|
Keterangan
|
1
|
1:100
|
+
|
+
|
+
|
terjadi
pertumbuhan mikroba
|
2
|
1:110
|
+
|
+
|
+
|
terjadi
pertumbuhan mikroba
|
3
|
1:120
|
+
|
+
|
+
|
terjadi
pertumbuhan mikroba
|
4
|
1:130
|
+
|
-
|
+
|
Pada
menit ke 10 terjadi penghambatan pertumbuhan mikroba
|
Berdasarkan
hasil pengamatan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa semua bahan uji baik fenol
ataupun desinfektan ditumbuhi bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan tanda plus
(+) yang artinya bakteri dapat hidup dan tumbuh pada bahan uji tersebut
ditandai dengan adanya kekeruhan pada larutan yang diujikan. Pengamatan ini
dilakukan setelah inkubasi selama 24 jam. Adapun pengenceran fenol yang
digunakan ialah 1 : 80, 1 : 90, 1 : 100. Sedangkan pengenceran desinfektan
(bayclin) yang digunakan ialah masing-masing 1 : 100, 1 : 110, 1 : 120, 1 : 130.
Begitupun pada antibiotika sama dengan bayclin pengencerannya. Dan penanaman
bakteri dengan interval masing-masing 5 menit.
Suspensi
bakteri yang telah dimasukkan ke dalam 3 tabung berisi pengenceran fenol tadi
kemudian dipindahkan lagi dari tiap tabung tersebut ke dalam 3 tabung reaksi yang
berisi Nutrient Broth, sebanyak satu ose. Pemindahan suspensi bakteri dari
tabung dilakukan dengan menggunakan ose yang sudah difiksasi sebelumnya.
Setelah difiksasi, ditunggu beberapa saat sebelum mengambil bakteri, agar suhu
ose tidak terlalu panas dan bakteri tidak mati. Tetapi perlu diingat juga bahwa
ose tidak boleh terlalu lama didiamkan agar ose tidak terkontaminasi dengan
bakteri dari udara.
Berdasarkan
hasil pengamatan diketahui bahwa pada larutan fenol yang telah diinokulasi
bakteri tidak menyebabkan kematian bakteri. begitu pula pada larutan
desinfektan yang juga tidak dapat membunuh bakteri gram negative yang
ditanamkan di dalamnya. Hal ini dapat diketahui dengan adanya indikasi
kekeruhan yang timbul dalam bahan uji.
Tumbuhnya
semua bakteri pada bahan uji ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang hasilnya berupa tanda plus
(+) yang berarti pada tabung reaksi hasil pengenceran ditemukannya pertumbuhan
bakteri subkultur (menit) baik pada pengenceran fenol, bayclin
maupun antibiotik. Hal ini bisa disebabkan karena
tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme
secara umum. Desinfektan hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme
tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan
ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja
yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi
sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan
pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan
keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan
terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat
impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang
tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Faktor yang
mempengaruhi gagalnya praktikum ini adalah kerja yang tidak aseptis. Komunikasi
saat proses kerja mungkin menjadi salah satu faktor gagalnya percobaan. Saat
berkomunikasi, percikan air liur atau hembusan uap air dari hidung dan mulut
akan menambah jumlah kuman yang tidak sebanding dengan daya bunuh desinfektan.
Faktor lainnya kemungkinan disebabkan oleh peralatan yang tercemar/ tidak
aseptis.
Faktor-faktor
lain kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan praktikan antara lain adalah:
·
Pengerjaan
praktikum secara paralel
Kegagalan yang terjadi
dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan oleh pengerjaan tabung Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu
dimaksudkan untuk mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan secara
paralel tersebut telah mengakibatkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian
perhitungan waktu yang diperlukan.
·
Pengenceran
desinfektan yang tidak akurat
Pada percobaan kali
ini, praktikan mungkin juga melakukan kesalahan ketika melakukan pengenceran
desinfektan ke dalam 1:80, 1:100, 1:110, 1:120 dan 1:130. Pengenceran yang
dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang terkandung dalam
1:80 atau 1:100, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding dengan
jumlah kuman yang dibiakkan.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diambil suatu
kesimpulan yaitu :
1. Larutan fenol yang telah diinokulasi bakteri tidak
menyebabkan kematian bakteri gram negative (Staphylococus) yang ditanam di
dalamnya.
2. Larutan desinfektan yang telah diinokulasikan
bakteri juga tidak dapat membunuh bakteri gram negative (Staphylococus) yang
ditanamkan di dalamnya.
3. Kemungkinan
kesalahan praktikum dari praktikan disebabkan oleh kerja praktikan yang kurang
aseptis.
DAFTAR PUSTAKA
makasih kakak,,, mgebantu bangettt,,, :)
BalasHapusiya sama - sama de
Hapusterima kasih.bermanfaat
BalasHapusterima kasih.bermanfaat
BalasHapusterima kasih.bermanfaat
BalasHapus