Laporan Mikrobiologi –
Virologi
Penentuan Kadar Hambat
Minimal Antibiotika
Disusun oleh :
1.
Ardina Citra Astuti (1104015031)
2.
Firma Maulida (1104015106)
3.
Fradita Mardathilla (1104015113)
4.
Lina karlina (1104015175)
5.
Switiani eka yuliani (1104015314)
Kelas :3K1
Kelompok : 3
FAKULTAS
FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada suatu konsentrasi tertentu, antibiotika mempunyai efek
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Pertumbuhan mikroorganisme tersebut ditandai dengan adanya kekeruhan pada media yang
digunakan.
Pada kadar tertentu,dimana pertumbuhan mikroorganisme
terhambat oleh jumlah antibiotik yangsesuai, tidak terjadi kekeruhan pada
media. Dengan metode pengenceran, dapat dilihat pada konsentrasi berapa antibiotik tersebut mempunyai
efek menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Pengamatan dilakukan berdasarkan intensitaskekeruhan yang
terjadi pada setiap tabung berisi media dan suspensi kumandengan konsentrasi
antibiotika yang berbeda setelah diinkubasi selama 18-24 jam
1.2 Tujuan percobaan
Tujuan
penentuan kadar hambat minimum antibiotika adalah untuk mengetahuikadar minimal
suatu antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhanmikroorganisme. Dalam
praktikum kali ini dicari kadar minimal antibiotik Amoxicylin terhadap
kuman Staphylococcus aureus.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Antibiotika
atau antimikroba ialah zat-zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
golongan fungi (jamur), yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain.
Suatu obat antibiotika yang ideal menunjukkan toksisitas yang selektif. Istilah
ini berarti bahwa obat tersebut haruslah bersifat sangat toksis untuk mikroba,
tetapi relatif tidak toksis (dalam konsentrasi yang dapat ditoleransi) terhadap
hospes .
Banyak
antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun
dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba
(misalnya kuinolon). Antibiotika yang akan digunakan untuk membunuh mikroba,
penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang
tinggi.
Berdasarkan
sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang menghambat pertumbuhan mikroba
dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh
mikroba dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan
untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya masing-masing dikenal
sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotika
tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid
bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM.
Berdasarkan
perbedaan sifatnya antibiotika dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu berspektrum
sempit dan berspektrum luas. Antibiotika spektrum luas cenderung menimbulkan
resistensi. Dilain pihak pada septikemia yang penyebabnya belum diketahui
diperlukan antibiotika yang berspektrum luas sementara menunggu hasil
pemeriksaan mikrobiologik .
Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotika dibagi dalam 3 kelompok :
1. Kerja
antibiotika melalui penghambatan sintesis dinding sel, seperti Basitrasin,
Sefalosporin, Sikloserin, Penisilin, Vankomisin.
2. Kerja
antibiotika melalui pengambatan fungsi membrane sel, seperti: Amfoterisin B,
Kolistin, Imidazol, Nistatin, Polimiksin.
3. Kerja
antibiotika melalui penghambatan sintesis asam nukleat, seperti: Novobiosin,
Pirimetamin, Sulfonamid, Trimetropin .
Berdasarkan
sasaran kerja dikelompokkan kepada:
a) Antibiotika
yang bekerja terhadap bakteri basil Gram positif, yaitu:
·
Penisilin semi sintetik
yang resisten terhadap penisilinase, bekerja dengan menghambat sintesis
peptidoglikan.
·
Makrolida basitrasin,
bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
b) Antibiotika
yang efektif terhadap basil aerob Gram negatif, yaitu:
·
Aminoglikosida, bekerja
dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
·
Polymiksin
c) Antibiotika
yang relatif memiliki spektrum kerja yang luas (terhadap basil Gram negatif dan
positif), yaitu:
·
Ampisilin
·
Sefalosporin, bekerja
dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis
pada dinding sel bakteri .
Konsentrasi
minimun penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) atau disebut dengan KHM adalah konsentrasi terendah dari
antibiotika atau antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba
tertentu. Nilai KHM
adalah spesifik untuk tiap-tiap kombinasi dari antibiotika dan mikroba. KHM dari sebuah antibiotika terhadap
mikroba digunakan untuk mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap
antibiotika. Nilai KHM
berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai KHM dari sebuah antibiotika, sensitivitas
dari bakteri akan semakin besar. KHM
dari sebuah antibiotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata KHM terhadap seluruh strain dari spesies
tersebut. Strain dari beberapa spesies mikroba adalah sangat berbeda dalam hal
sensitivitasnya. Metode uji antimikrobial yang sering digunakan adalah
metode Difusi Lempeng Agar. Uji ini dilakukan pada permukaan medium padat.
Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas saring yang berbentuk
cakram yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi diameter zona
penghambatan diukur. Diameter zona pengambatan merupakan pengukuran KHM secara tidak langsung dari antibiotika
terhadap mikroba. Sensitivitas klinik dari mikroba kemudian ditentukan dari
tabel klasifikasi (Jawetz et al.,1996).
Pertumbuhan
mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisik dan kimia. Pengendalian
dapat berupa pembasmian dan penghambatan populasi mikroorganisme. Zat
antimikrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikrobial
terdiri dari antijamur dan antibakterial. Zat antibakterial adalah zat yang
mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan
bakteri. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih zat
antimikrobial kimiawi adalah :
1.
Jenis
zat dan mikroorganisme
Zat antimikrobial yang akan digunakan
harus sesuai dengan jenis mikroorganismenya karena memiliki kerentanan yang
berbeda-beda.
2.
Konsentrasi
dan intensitas zat antimikrobial
Semakin tinggi konsentrasi zat
antimikrobial yang digunakan, maka semakin tinggi pula daya kemampuannya dalam
mengendalikan mikroorganisme.
3.
Jumlah
organisme
Semakin banyak mikroorganisme yang dihambat
atau dibunuh, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengendalikannya.
4.
Suhu
Suhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat antimikrobial
Suhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat antimikrobial
5.
Bahan
organik
Bahan organik asing dapat menurunkan
efektivitas zat antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan tersebut atau
melindungi mikroorganisme. Hal tersebut karena penggabungan zat dan bahan
organik asing membentuk zat antimikrobial yang berupa endapan sehingga zat
antimikrobial tidak lagi mengikat mikroorganisme.
Akumulasi bahan
organik terjadi pada permukaan sel mikroorganisme sehingga menjadi pelindung
yang mengganggu kontak antara zat antimikrobial dengan mikroorganisme (Boyd,
1980).
·
Faktor
lain yang mempengaruhi adalah dosis antibiotika yang diberikan. Beberapa
masalah adalah konsentrasi dari zat kemoterapi dalam jaringan, dimana
menghasilkan konsentrasi obat lain lebih besar atau lebih rendah daripada yang
digunakan dalam laboratarium. Hal itu penting, sehingga level obat itu dapat
dicapai dalam bermacam bagian tubuh dapat diketahui seperti halnya sensitivitas
relative dari bakteri pathogen. Sensitifitas relatif disebut dengan Minimum
Inhibitory Concentration atau MIC (Pelczar,1988).
Kadar merupakan jumlah per satuan
berat/volume. Potensi merupakan ukuran kekuatan / daya hambat atau daya bunuh
zat aktif terhadap mikroorganisme tertentu. Berdasarkan farmakope indonesia
edisi IV (1995), estimasi dari potensi antibiotik melalui perbandingan langsung
antara sampel (antibiotik uji) dengan antibiotik standar yang telah disahkan
penggunaannya, terkalibrasi dengan baik, dan umum digunakan sebagai rujukan.
Tujuan diadakannya uji potensi antibiotik ini sebagai standar untuk mengatasi
keraguan tentang kemungkinan hilangnya kativitas (potensi) antibiotik terhadap
efek daya hambatnya pada mikroba .
Metode umum dalam uji potensi antibiotik antara lain :
1.
Metode lempeng
(silinder/kertas cakram).
Metode ini didasarkan
pada difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan
agar padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan mikroba uji pada
jumlah tertentu. Sediaan antibiotika menghambat pertumbuhan mikroba yang ada pada
lempeng agar .
2.
Metode turbidimetri.
Hambatan pertumbuhan
biakan mikroba dalam larutan serbasama antibiotik, dalam media cair yang dapat
menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik metode
turbidimetri dilakukan pada sampel yang sulit larut dalam air, contohnya :
gramisidin.
Prinsip dasar
metode ini adalah dengan cara memberikan bakteri / kuman uji dengan kepadatan
tertentu kepada bahan antibakteri yang akan diuji pada konsentrasi yang semakin
kecil. Kepekaan
bahan uji terhadap bahan anti-bakteri ditentukan dengan pengamatan secara
makroskopis setelah masa inkubasi berakhir yaitu dengan melihat ada
tidaknya pertumbuhan koloni kuman / bakteri uji dalam tabung ( medium cair )
yang ditandai keruhnya medium cair yang dipakai (Pelczar, 1988).
Metode ini
digunakan untuk menentukan kadar hambat minimal (KHM) suatu senyawa
anti-bakteri. Pada metode ini digunakan erlenmeyer yang diisi media cair dan
sejumlah tertentu bakteri yang diuji, kemudian masing-masing erlenmeyer diisi
dengan senyawa yang diuji. Erlenmeyer-erlenmeyer tersebut diinkubasi pada suhu
370C selama 24 jam, untuk selanjutnya
diamati turbidansi atau kekeruhannya dengan menggunakan spektrofotometer
UV-VIS. Konsentrasi terendah senyawa yang memberikan hasil biakan yang mulai
tampak jernih merupakan Kadar Hambat Minimal senyawa tersebut. Metode Tube
Dilution Test mempunyai keuntungan karena dapat menguji daya bakteriostatik dan
bakterisidal sekaligus, namun metode ini hanya dapat menguji satu bahan
antibakteri dalam satu kali kegiatan.
Prosedur difusi
untuk kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan
cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu
bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang
terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya,
sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten
atau peka terhadap suatu antibiotik.
Faktor yang
mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
· Konsentrasi mikroba uji
· Konsentrasi antibiotik yang terdapat
dalam cakram
· Jenis antibiotik
· pH medium
BAB
III
METODELOGI
A.
Alat dan Bahan
·
Alat:
1. Tabung
reaksi
2. Jarum
Ose
3. Cawan
petri
4. Labu
erlenmeyer
5. Gelas
ukur
6. Ketas
cakram
7. Kertas
silinder
8. Pipet
ukur
9. Pinset
10. Pembakar
bunsen
·
Bahan:
1. Antibiotik
uji
2. Akuadest
steril
3. Medium
NB
4. Medium
NA
B.
Prosedur kerja
a. Pembuatan
larutan stok Antibiotika
1. Timbang
100mg antibiotik,untuk baku induk 100mg/ml
2. Buat
larutan, pipet 5ml adkan 10ml
3. Buat
pengenceran, pipet 2,5ml adkan 7,5ml
4. Buat
pengenceran, pipet 1,25ml adkan 8,75ml
b. Pembuatan
suspensi bakteri
1. Ambil
1 ose biakan bakteri 1x24jam
2. Larutan
dalam medium NB 100ml,inkubasi 1x24jam
3. Ukuran
serapan dengan spektofotometer,apabila lebih dari 25% maka di inkubasi kembali
dan apabila kurang dari 25% ditambahkan medium NB kemudian lakukan pengenceran
c. Uji
hayati
1. Masukkan
10% dari bakteri jumlah medium yang digunakan suspensi bakteri ke dalam medium
NA (40-50oc) sebanyak 100ml,homogenkan
2. Tuang
dalam cawan petri steri ± 10ml,biarkan hingga setengah memadat
3. Lakuan
dua perlakuan menggunakan cakram dan kertas silinder
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan untuk menentukan kadar hambat minimum
mikroba. Kadar hambat minimum itu sendiri merupakan seberapa kuat antibiotik
yang digunakan dapat mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri. Sebelumnya
antibiotik ditimbang terlebih dahulu, kemudian dilarutkan dalam air 100 ml
untuk membuat bahan baku. Kemudian panaskan medium NA sampai cair lalu
dinginkan sampai sehangat kuku. Selanjutnya, masukan suspensi bakterike dalam
medium NA dan homogenkan. Cawan petri yang akan digunakan diisi dahulu dengan
medium yang telah dicampur dengan suspensi bakteri. Jika menggunakan kaca
silinder biarkan medium menjadi setengah padat kemudian letakkan kaca silinder
diantara medium (jangan menyentuh dasar cawan petri) dengan maksud agar larutan
antibiotika dapat terdifusi dengan baik dan masukkan larutan antibiotik yang
telah dibuat kedalam kaca silinder menggunakan pipet mikro sebanyak 0,1 ml.
Sedangkan jika menggunakan kertas cakram, kertas sebelumnya dibasahi
dengan larutan antibiotik yang telah dibuat dan langsung dimasukkan dalam
medium yang telah dibuat. Kadar hambat minimal suatu antibiotika dapat melihat
kadar terkecil dari suatu antibiotika yang dibutuhkan untuk menghambat
pertumbuhan kuman. Antibiotik yang digunakan dalam percobaan ini adalah
amoxicylin dimana konsentrasinya terlalu tinggi untuk percobaan ini sehingga
tidak ada bakteri yang tumbuh, selain itu juga penataan medium yang terlalu
tipis pada cawan petri juga menjadi faktor penentuan kadar hambat minimal
antibiotika.
Pada praktikum kali ini tidak
terdapat zona bening disekitar kaca silinder. Kemungkinan kesalahan dari
praktikan yaitu pada saat antibiotic yang sudah digerus dan di masukan kedalam
air tidak larut secara sempurna, pada medium NA sudah dingin dan sudah terjadi
sedikit gumpalan pada saat memasukan kaca silinder, pada saat memasukan kaca
silinder praktikan meletakkan kaca silinder yang mengenai dasar cawan petri
sehingga antibiotic tidak berdifusi dengan baik ke luar kaca silinder.
BAB V
KESIMPULAN
Pada hasil praktikum kali
ini dalam penentuan kadar hambat minimal antibiotika dapat disimpulkan:
1.
Pada amoxicilyn
tidak terdapat cona bening disekitar kaca silinder
2.
Kemungkinan
kesalahan praktikan yaitu pada saat antibiotic tidak terlarut sempurna dalam
air, kaca silinder yang diletakan dalam cawan petri mengenai dasar cawan,
medium NA yang digunakan sebelum diletakkan kaca silinder sudah terjadi
gumpalan-gumpalan
3.
Berdasarkan
perbedaan sifat antibiotika terbagi dalam 2 kelompok, yaitu antibiotika
spectrum luas dan antibiotika spectrum sempit.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar