Laporan Mikrobiologi –
Virologi
Pewarnaan Bakteri
Disusun oleh :
1.
Ardina Citra Astuti (1104015031)
2.
Firma Maulida (1104015106)
3.
Fradita Mardathilla (1104015113)
4.
Lina karlina (1104015175)
5.
Switiani eka yuliani (1104015314)
Kelas :3K1
Kelompok : 3
FAKULTAS FARMASI DAN
SAINS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bakteri
adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak memiliki membran
inti (prokariota). Bakteri memiliki beragam variasi bentuk,seperti coccus,
basil, dan spiral, serta dapat hidup soliter maupun berkoloni.Habitat bakteri
sangat bervariasi, dari air, tanah, udara, hingga dalam tubuhhewan, (Betsy dan
Keogh. 2005). Bakteri umumnya tidak memiliki pigmensehingga tidak berwarna dan
hampir tidak kelihatan karena tidak kontrasdengan medium dimana mereka hidup.
Oleh karena itu, perlu dilakukanpewarnaan agar bakteri tampak jelas bila
diamati dengan mikroskop (Harleydan Presscot, 2002). Pewarnaan dikelompokkan
menjadi pewarnaan langsungdengan pewarnaan basa, pewarnaan tak langsung atau
pewarnaan negatif danpewarnaan gram (Dwidjoseputro, 2003). Pewarnaan basa
adalah pewarnaanyang langsung mewarnai bakteri. Pewarnaan negatif adalah
pewarnaan yangtidak langsung mewarnai bakteri, melainkan mewarnai latar
belakang preparatbakteri tersebut. Pewarnaan ini dilakukan dengan menggunakan
pewarna yangbersifat asam seperti nigrosin atau tinta cina (Harley dan
Presscot, 2002).Pewarnaan gram merupakan pewarnaan umum dalam bidang
bakteriologi.Dengan pewarnaan ini, kelompok bakteri dibedakan menjadi dua yaitu
bakterigram positif dan bakteri gram negatif (Ramona dkk, 2007). Hasil akhir
daripewarnaan gram adalah bakteri gram positif akan berwarna
ungu/biru,sementara bakteri gram negatif akan berwarna merah (Harley dan
Presscot,2002).
1.2.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui morfologi sel
bakteri yang digunakan saat praktikum
2. Untuk mengetahui cara membedakan bakteri gram
positif dan gram negatif melalui pewarnaan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi
untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Berbagai macam
tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan
dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat
diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna
saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan
zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap
suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna
terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer.
Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan
ciri yang khas bagi suatu spesies.
Teknik pewarnaan
warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan
sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan
struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang
sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe
disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya
mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel.
Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan
pengecatan kapsul.
Mikroba sulit
dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasan
inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat
warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan
sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan
strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan
granula fosfat.
Melihat dan
mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat
terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri
ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi .
·
Tujuan pewarnaan
terhadap mikroorganisme ialah untuk :
1.
Mempermudah melihat
bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.
2.
Memperjelas ukuran dan
bentuk jasad
3.
Melihat struktur luar
dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.
4.
Melihat reaksi jasad
terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia dapat
diketahui.
·
Langkah-langkah utama
teknik pewarnaan
1.
Pembuatan olesan
bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis
2.
Fiksasi, dapat
dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti sabun,
formalin, fenol.
3.
Aplikasi zat warna :
tunggal, atau lebih dari 1 zat warna
Teknik pewarnaan
dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan respon sel bakteri terhadap zat
pewarna dan sistem pewarnaan yang digunakan untuk pemisahan kelompok bakteri
digunakan pewarnaan Gram, dan pewarnaan “acid-fast”(tahan
asam) untuk genus Mycobacterium.
prosedur pewarnaan mikrobiologi
dibutuhkan pembuatan apusan lebih dahulu sebelum melaksanakan beberapa teknik
pewarnaan yang spesifik.
Ø
Macam-Macam
Pewarnaan
Secara garis besar
teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Pewarnaan sederhana
Menggunakan satu
macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk
sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan.
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya)
dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel
bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah
bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat
basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan
positif).
Zat warna yang
dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut.
Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat morfologi
bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan adalah
biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5
detik).
gambar
pewarnaan sederhana
2. Pewarnaan differensial
Ø
Pewarnaan differensial
Pewarnaan
bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan
pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:
Ø
Pewarnaan Gram
Pewarnaan
Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri
menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan
penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan
teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri
Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode
pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram
positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat
tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding
selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.
Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan
asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus
Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar
zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding
sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga
sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti
pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan
gram diperlukan empat reagen yaitu :
·
Zat warna
utama (violet kristal)
·
Mordan (larutan
Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
·
Pencuci /
peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan
uantuk melunturkan zat warna utama.
·
Zat warna
kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Bakteri
Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak.
Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan
setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna
merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua
tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram
dilakukan dalam 4 tahap yaitu
1. Pemberian cat warna utama
(cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan
penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan
alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat
warna safranin
Perbedaan
dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran
sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari
dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang
dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi
peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan
peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Sifat
bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu
determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
·
Struktur
dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
·
Dinding
selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam
·
lapisan
kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak
mengandung asam tekoat.
·
Kurang
rentan terhadap senyawa penisilin.
·
Pertumbuhannya
tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
·
Komposisi
nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
·
Tidak
resisten terhadap gangguan fisik.
·
Resistensi
terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
·
Peka
terhadap streptomisin
·
Toksin yang
dibentuk Endotoksin
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
·
Struktur
dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
·
Dinding selnya
mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai
lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan.
Mengandung asam tekoat.
·
Bersifat
lebih rentan terhadap penisilin.
·
Pertumbuhan
dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
·
Komposisi
nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
·
Lebih
resisten terhadap gangguan fisik.
·
Resistensi
terhadap alkali (1% KOH) larut
·
Tidak peka
terhadap streptomisin
·
Toksin yang
dibentuk Eksotoksin Endotoksin
3.
Pewarnaan
khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan
spora, pewarnaan kapsul.
Ø
Pewarnaan Spora
Spora bakteri
(endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan teknik
pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak
digunakan.
Endospora sulit diwarnai dengan
metode Gram. Untuk pewarnaan endspores, perlu dilakukan pemanasan supaya cat
malachite hijau bisa masuk ke dalam spora, seperti halnya pada
pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat carbol
fuschsin harus dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam
mycolic dari Mycobacterium .
Ø Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel
dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga
terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
Ø
Pewarnaan
kapsul
Pewarnaan ini
menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai
pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan
dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar
belakang. Yang berwana biru gelap.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Pewarnaan Gram
Pengamatan
|
Gram positif
|
Gram negatif
|
Nama bakteri
|
S. aureus
|
P.aeloginosa
|
Bentuk sel
|
Cocus
|
basil
|
Warna sel
|
Ungu
|
Merah
|
Keterangan
|
|
|
s.aureus p.aeloginosa
Praktikum ini memiliki tujuan agar
praktikan terampil dalam melakukan pewarnaan gram untuk bakteri gram positif
dan negatif, mempelajari teknik pewarnaan gram untuk pengamatan mikroba,
mempelajari bentuk-bentuk dan struktur sel bakteri dari hasil pengamatan dengan
pewarnaan gram, serta membedakan
kelompok bakteri berdasarkan reaksinya terhadap warna dan sekaligus menunjukkan
sifat bakteri tersebut.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini
adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa
aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna.
1 tetes kristal violet diteteskan di
atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 5 menit. Setelah itu, gelas
benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Kristal violet merupakan
reagen yang berwarna ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama)
yang akan memberi warna pada mikroorganisme target. Kristal violet bersifat
basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam.
Dengan perlakuan seperti itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat
berwarna (ungu). Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan
meninggalkan warna ungu muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan
gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel
bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung
lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet
yang diteteskan didiamkan selama 5 menit bertujuan agar cat atau pewarna ini
dapat melekat sempurna pada dinding sel bakteri.
Langkah percobaan yang dilakukan
oleh praktikan dimulai dengan 1 tetes sampel yang berupa bakteri. Preparat berisi sampel tersebut dipanaskan (fiksasi) di atas
bunsen burner. Hal ini bertujuan untuk menguapkan air sehingga hanya akan
didapat bakteri saja. Proses fiksasi juga bertujuan supaya bakteri benar-benar
melekat pada gelas benda sehingga olesan bakteri berupa tetesan sampel tidak
akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses
fiksasi adalah bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala
api.
Langkah selanjutnya, 1 tetes iodine
diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit.
Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Iodine
merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna
primer yang diserap mikroorganisme target atau mengintensifkan warna utama.
Pemberian iodine pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan
warna oleh bakteri. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan
membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida
dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan
hilang dari sel. Iodine yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan agar
pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.
Selanjutnya, 1 tetes alkohol diteteskan
di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 30 detik. Setelah itu,
gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. alkohol merupakan
solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau melunturkan
kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci tidaknya warna
dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat
mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding
sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol
pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu
mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak
berwarna. Pemberian alkohol juga menyebabkan terekstraksi lipid sehingga
memperbesar permeabilitas dinding sel.
Reaksi yang
terjadi ketika penambahan alkohol 96% :
·
gram + : kandungan lipid
rendah + alkohol 96%
pori dinding sel yang terbentuk kecil, protein dinding
sel terdehidrasi, pori tertutup (kompleks kristal violet-iodine tidak
tercuci)
·
gram - : kandungan lipid
lebih banyak + alkohol 96%
pori dinding sel yang terbentuk besar, protein dinding
sel terdehidrasi, pori tidak tertutup (kompleks kristal violet-iodine tercuci)
Alkohol 96%
yang diteteskan di atas gelas benda didiamkan selama 30 detik kemudia dibilas
dengan aquades dengan tujuan agar warna dapat luntur secara sempurna dan tidak
ada yang tersisa di dalam gelas benda.
Setelah pembilasan reagen alkohol
96% pada gelas benda sebelumnya, selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di
atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, gelas
benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Safranin merupakan pewarna
tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali
sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol.
Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non target
serta menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke
dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif
sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan
perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran
menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Pemberian reagen atau pewarna yang
berganti dari satu pewarna ke pewarna lain dengan waktu yang telah ditentukan
disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat berikatan dengan komponen
dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang waktu pemberian
zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses identifikasi
bakteri berlangsung cepat (efisiensi waktu).
Setiap akhir pemberian reagen atau
pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap gelas benda dengan menggunakan
aquades. pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna
yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-masing reagen, perlu
dilakukan penyerapan air bilasan dari aquades dengan menggunakan kertas tissu
agar aquades tidak tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan.
Setelah pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah
mikroskop. Jika terbentuk warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram
positif , dan jika terbentuk warna merah atau merah muda maka termasuk golongan
bakteri gram negatif.
Zat warna
adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam
terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa
kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel
bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai
dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka
disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat
warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red,
dan lain-lain.
Pewarnaan
bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti fiksasi, peluntur warna,
substrat, intensifikasi pewarnaan, dan penggunaan zat warna penutup. Pada
bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif
berwarna merah. Dalam praktikum ini digunakan salah satu pewarnanya yaitu
safranin yang sesuai teori bersifat basa sehingga lebih mudah bersenyawa atau
bereaksi dengan bagian-bagian inti sel bakteri.
Bakteri Gram
negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak.
Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan
setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna
merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua
tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Rudi,
2010).
Hasil
pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan bahwa bakteri s.aureus memiliki warna
ungu (gram positiv), dan Bakteri p.aeloginosa memilki warna merah muda (gram
negativ).
BAB
V
KESIMPULAN
1.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini
adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa
aktif dari pewarna yang disebut kromogen.
2.
Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan
gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif.
3.
Bakteri P.Aelonginosa termasuk
bakteri gram negative, sedangkan bakteri S. Aureus tremasuk bakteri gram
positive.
4.
Bakteri gram positive berwarna
ungu dan bakteri gram negative berwarna merah.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar