Sabtu, 09 Maret 2013

Uji Koefisien Fenol


Laporan Mikrobiologi – Virologi



Uji Koefisien Fenol
Disusun oleh               :
1.      Ardina Citra Astuti     (1104015031)
2.      Firma Maulida             (1104015106)
3.      Fradita Mardathilla     (1104015113)
4.      Lina karlina                 (1104015175)
5.      Switiani eka yuliani     (1104015314)
Kelas                           :3K1
Kelompok                   : 3
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2012


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Uji fenol koefisien merupakan uji yang digunakan untuk membandingkan aktifitas antimicrobial suatu senyawa kimia dibandingkan dengan fenol pada kondisi yang standar. Sejumlah pengenceran seri dari bahan kimia yang akan di uji dilakukan dengan pembanding fenol murni yang dilakukan pada tabung reaksi steril. Sejumlah kultur murni mikroorganisme standar unuk tes seperti Staphylococcus aureus atau Salmonella typhi ditambahkan pada setiap tabung. Subkultur dari mikroorganisme tersebut dibuat dari setiap pengenceran desinfektan uji dalam media cair steril pada interval 5, 10 dan 15 menit setelah mikroorganisme dimasukkan pada desinfektan. Semua subkultur diinkubasi pada suhu 37 ÂșC selama 24 jam dan diamati keberadaan atau ketidak beradaan pertumbuhannya.
Fenol koefisien diperoleh dengan membagi pengenceran tertinggi dari desinfektan atau senyawa kimia uji yang mematikan mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak pada 5 menit dengan pengenceran fenol tertinggi yang membunuh mikroorganisme dalam 10 menit, bukan pada 5 menit. Fenol koefisien yang angkanya tidak lebih dari satu menunjukkan bahwa agen atau senyawa kimia uji tersebut sama efektifnya atau sedikit efektif dibandingkan fenol. Koefisien fenol lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa senyawa kimia tersebut lebih efektif dibandingkan dengan fenol jika dilakukan pada kondisi yang sama. Fenol koefisiennya 5 menunjukkan bahwa senyawa uji efektifitasnya 5 kali lebih besar dibandingkan fenol.

B. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui efektifitas suatu desinfektan.
  2. Untuk mengetahui keefektifan suatu desinfektan













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen.
Pengetahuan tentang desinfektan perlu dikembangkan, karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan tertentu hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan memiliki toksisitas selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga terhadap sel inang. Oleh karena itu, desinfektan hanya digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada lingkungan mati.
Sifat-sifat penting Desinfektan
Beberapa sifat-sifat penting desinfektan, antara lain :
  • Harus memiliki sifat antibakterial yang luas.
  • Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.
  • Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya bagi manusia maupun ternak.
  • Memiliki daya tembus yang tinggi.
  • Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh, darah, nanah dan jaringan yang mati.
  • Tidak mengganggu proses kesembuhan.
  • Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.
Desinfektan, selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka harus memiliki juga sifat-sifat berikut :
  • Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun lapisan jaringan organik, sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme yang lebih tinggi.
  • Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut yang universal dan dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan untuk desinfeksi.
  • Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang panjang.
  • Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun desinfektan daya kerjanya akan lebih baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan yang bagus adalah desinfektan yang daya kerjanya tidak menurun jika temperaturnya menurun. Pada umumnya desinfektan bekerja baik pada temperatur di atas 650F. Klorin dan Iodifor sebagai desinfektan bekerja baik tidak lebih dari 1100F.

B. Koefisien Fenol
Koefisien fenol adalah kemampuan desinfektan untuk membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol. Uji fenol adalah membandingkan aktivitas antimikroba dari komponen-komponen kimia dengan fenol sebagai standar uji. Pengenceran desinfektan secara bertahap dan fenol ditempatkan dalam tabung reaksi steril, kultur murni bakteri yang digunakan sebagai standar ditambahkan pada setiap tabung. Bakteri itu tersbut dimasukan pada setiap tabung dengan interval waktu 5, 10, dan15 menit .Semua subkultur dieramkan pada suhu 37O selama48 jam dilihat kekeruhanya. Pada prinsipnya uji koefisien fenol merupakan Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku terhadap aktivitas sampel dengan pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu. Metode pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah dari konsentrasi awal dengan volume yang sama. Metode turbidimetri Menentukan takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan dilakukan V1 C1 = V2 C2.
Hasil kali konsentrasi dengan volume senyawa yang semula digunakan adalah sama dengan hasil kali konsentrasi senyawa tersebut dalam volume setelah pengenceran.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009). Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoate dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Aditya, 2009).










BAB III
METODELOGI
A.    Alat dan bahan
Alat  :
1.      Tabung reaksi
2.      Jarum ose
3.      Bunzen
4.      Rak tabung
5.      Stopwatch
                         Bahan :
1.      Medium NB
2.      Fenol
3.      Aquadest steril

B.    Prosedur kerja

1.      Pembuatan larutan baku fenol 2%
2 ml fenol + 98 ml aquadest steril →vortex (baku fenol 2%)
·         1:80 → 5 ml baku fenol + 3 ml aquadest steril
o   Diamkan selama 5, 10 dan 15 menit.
o   Setelah 5 menit, celupkan jarum tanam tajam kedalam tabung reaksi yang berisi baku fenol 1:80 dan celupkan lagi kedalam media NB
o   Lakukan hal serupa untuk 10 dan 15 menit
·         1:90 → 5 ml baku fenol + 4 ml aquadest steril
o   Diamkan selama 5, 10 dan 15 menit.
o   Setelah 5 menit, celupkan jarum tanam tajam kedalam tabung reaksi yang berisi baku fenol 1:80 dan celupkan lagi kedalam media NB
o   Lakukan hal serupa untuk 10 dan 15 menit
·         1:100 → 5 ml baku fenol + 5 ml aquadest steril
o   Diamkan selama 5, 10 dan 15 menit.
o   Setelah 5 menit, celupkan jarum tanam tajam kedalam tabung reaksi yang berisi baku fenol 1:80 dan celupkan lagi kedalam media NB
o   Lakukan hal serupa untuk 10 dan 15 menit

























                                                           BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4.1. Hasil pengamatan Koefisien Fenol
No.
Pengenceran
5menit
10 menit
15 menit
Keterangan
1
 1:80
 -
 +
 +
Pada menit ke 5 terjadi penghambatan pertumbuhan mikroba
2
1:90 
 +
 +
 +
terjadi pertumbuhan mikroba
3
1:100 
 +
 +
 +
terjadi pertumbuhan mikroba

Desinfektan (Bayclin)
No.
Pengenceran
5 menit
10 menit
15 menit
Keterangan
1
 1:100
 +
 +
 +
terjadi pertumbuhan mikroba
2
 1:110
 +
 +
 +
terjadi pertumbuhan mikroba
3
 1:120
 -
 +
 +
Pada menit ke 5 terjadi penghambatan pertumbuhan mikroba
4
 1:130
 +
 +
 +
terjadi pertumbuhan mikroba


Antiseptik ( Handy clean )
No.
Pengenceran
5 menit
10 menit
15 menit
Keterangan
1
 1:100
 +
 +
 +
terjadi pertumbuhan mikroba
2
 1:110
 +
 +
 +
terjadi pertumbuhan mikroba
3
 1:120
 +
 +
 +
terjadi pertumbuhan mikroba
4
 1:130
 +
 -
 +
Pada menit ke 10 terjadi penghambatan pertumbuhan mikroba


Berdasarkan hasil pengamatan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa semua bahan uji baik fenol ataupun desinfektan ditumbuhi bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan tanda plus (+) yang artinya bakteri dapat hidup dan tumbuh pada bahan uji tersebut ditandai dengan adanya kekeruhan pada larutan yang diujikan. Pengamatan ini dilakukan setelah inkubasi selama 24 jam. Adapun pengenceran fenol yang digunakan ialah 1 : 80, 1 : 90, 1 : 100. Sedangkan pengenceran desinfektan (bayclin) yang digunakan ialah masing-masing 1 : 100, 1 : 110, 1 : 120, 1 : 130. Begitupun pada antibiotika sama dengan bayclin pengencerannya. Dan penanaman bakteri dengan interval masing-masing 5 menit.
Suspensi bakteri yang telah dimasukkan ke dalam 3 tabung berisi pengenceran fenol tadi kemudian dipindahkan lagi dari tiap tabung tersebut ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi Nutrient Broth, sebanyak satu ose. Pemindahan suspensi bakteri dari tabung dilakukan dengan menggunakan ose yang sudah difiksasi sebelumnya. Setelah difiksasi, ditunggu beberapa saat sebelum mengambil bakteri, agar suhu ose tidak terlalu panas dan bakteri tidak mati. Tetapi perlu diingat juga bahwa ose tidak boleh terlalu lama didiamkan agar ose tidak terkontaminasi dengan bakteri dari udara.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada larutan fenol yang telah diinokulasi bakteri tidak menyebabkan kematian bakteri. begitu pula pada larutan desinfektan yang juga tidak dapat membunuh bakteri gram negative yang ditanamkan di dalamnya. Hal ini dapat diketahui dengan adanya indikasi kekeruhan yang timbul dalam bahan uji.
Tumbuhnya semua bakteri pada bahan uji ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang hasilnya berupa tanda plus (+) yang berarti pada tabung reaksi hasil pengenceran ditemukannya pertumbuhan bakteri subkultur (menit) baik pada pengenceran fenol, bayclin maupun antibiotik. Hal ini bisa disebabkan karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Faktor yang mempengaruhi gagalnya praktikum ini adalah kerja yang tidak aseptis. Komunikasi saat proses kerja mungkin menjadi salah satu faktor gagalnya percobaan. Saat berkomunikasi, percikan air liur atau hembusan uap air dari hidung dan mulut akan menambah jumlah kuman yang tidak sebanding dengan daya bunuh desinfektan. Faktor lainnya kemungkinan disebabkan oleh peralatan yang tercemar/ tidak aseptis.
Faktor-faktor lain kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan praktikan antara lain adalah:
·         Pengerjaan praktikum secara paralel
Kegagalan yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan oleh pengerjaan tabung Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu dimaksudkan untuk mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan secara paralel tersebut telah mengakibatkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian perhitungan waktu yang diperlukan.
·   Pengenceran desinfektan yang tidak akurat
Pada percobaan kali ini, praktikan mungkin juga melakukan kesalahan ketika melakukan pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:100, 1:110, 1:120 dan 1:130. Pengenceran yang dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang terkandung dalam 1:80 atau 1:100, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding dengan jumlah kuman yang dibiakkan.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan yaitu :
1. Larutan fenol yang telah diinokulasi bakteri tidak menyebabkan kematian bakteri gram negative (Staphylococus) yang ditanam di dalamnya.
2. Larutan desinfektan yang telah diinokulasikan bakteri juga tidak dapat membunuh bakteri gram negative (Staphylococus) yang ditanamkan di dalamnya.
3.  Kemungkinan kesalahan praktikum dari praktikan disebabkan oleh kerja praktikan yang kurang aseptis.














DAFTAR PUSTAKA