Jumat, 18 Januari 2013

BALITTRO

BALITTRO






















KKL BPTOA

Dibalik KKL BPTOA



 persiapan pijit pijitan
narsis sendiri



sok asiikk



















laporan kkl BPTOA


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BPTOA




Disusun oleh                        :
1.    Ardina Citra Astuti   (1104015031)
2.    Firma Maulida          (1104015106)
3.    Fradita Mardathilla   (1104015113)
4.    Lina karlina               (1104015175)
5.    Switiani eka yuliani (1104015314)
Kelas                          :           3K




JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2012




Bab I
Pendahuluan

A.   Latar belakang
Kebutuhan sumber daya pangan adalah persoalan yang sangat penting untuk kebutuhan hidup manusia. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, harus membudidayakannya dengan cara bercocok tanam.
Selain untuk kebutuhan pangan tanaman juga dapat di manfaatkan untuk obat – obatan. Di Indonesia banyak sekali tanaman yang dapat di manfaatkan sebagai obat,Tetapi masih belum orang yang  mengetahui tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Tanaman – tanaman itu biasanya di biarkan tumbuh liar di pekarangan rumah.
BPTOA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang budidaya dan pengembangan tanaman obat asli Indonesia. Melalui KKL BPTOA kita dapat mengetahui cara budidaya tanaman obat dan dapat mengetahui berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat .
           
B.   Tujuan
1.    Untuk mengetahui kekayaan alam di Indonesia secara nyata
2.    Untuk mengetahui nama-nama jenis tanaman obat beserta deskripsinya

C.   Manfaat kegiatan
1.    Dapat mengetahui berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
2.    Mahasiswa dapat mendeskripsikan dan mengklasifikasikan berbagai tanaman obat











Bab II
Metodelogi

A.   Deskripsi lokasi

1.    Balitro
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) adalah lembaga penelitian di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang memiliki mandat untuk meneliti tanaman obat, rempah-rempah, dan sumberdaya industri nabati lainnya.
Balittro terletak di Lokasi  Jalan  Tentara Pelajar No. 3,Bogor. Komoditi yang ditangani adalah berbagai tanaman obat tradisional, seperti jahe, kencur, temulawak, kunyit, sambiloto, dan nilam, namun tidak terbatas untuk komoditi ini saja.
Balittro menawarkan bagi Anda wisata yang agro yang bersifat edukatif dan menghibur. Balittro telah menghasilkan inovasi teknologi berupa komoditas obat dan aromatik meliputi benih varietas unggul, teknik budidaya, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan teknologi pasca panen.
Dalam upaya mendukung pengembangan  agrobisnis tanaman obat dan aromatik, Balittro melalui Koordinator Alih Teknologi (KAT) melaksanakan kegiatan Magang Teknologi Tanaman Obat dan Aromatik (TOA) yang penyelenggaraannya dapat direncanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan alokasi waktu pengguna.



2.    Kebun raya cibodas
Kebun Raya Cibodas merupakan salah satu dari beberapa kebun raya yang paling terkenal di Indonesia.Kebun raya ini terletak di kompleks hutan Gunung Pangrango, Desa Cimacan, Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Kebun raya ini memiliki kontur atau bentuk topografi yang bergelombang dan berbukit - bukit. Berada pada ketinggian 1.275 meter dpl membuat suasana di kawasan ini begitu sejuk dengan suhu udara 17 - 27 derajat Celcius.
Kebun Raya Cibodas



Lokasi kebun yang dibangun oleh Johannes Elias Teijsmann pada tahun 1852 ini mudah dijangkau. Dari Cipanas jaraknya sekitar 5 kilometer melalui Simpang Tiga Pangrejen. Bila dari Jakarta, Bogor atau Bandung, gunakan saja kendaraan roda empat atau roda dua.
Kebun yang menjadi cabang dari Kebun Raya Bogor ini memdapat curah hujan yang cukup tinggi dengan suhu rata-rata pertahunnya 18 derajat Celcius. Tak heran jika kebun botani ini dikhususkan bagi tumbuhan dataran tinggi basah tropika, seperti runjung dan paku-pakuan. Berbagai pohon yang besar seperti tusam, juga bisa ditemukan disini.
Air Terjun Di Kebun Raya
Tumbuhan paku pegunungan, hutan kaliandra, hutan alam, dan air terjun makin menyempurnakan keindahan air terjun ini. Suasananya begitu nyaman dan teduh, sehingga sangat cocok sebagai tempat wisata baik bersama keluarga maupun pasangan.
Taman Lumut Cibodas


Yang paling khas di kebun raya Cibodas ini adalah Taman Lumut Cibodas. Disini terdapat 216 jenis lumut dari berbagai sudut daerah di Indonesia dan dunia. Dengan luas 2.500 meter persegi, taman ini disebut-sebut sebagai satu-satunya di dunia yang terletak di luar ruangan dan memiliki koleksi terbanyak.
Guest house

Di kebun raya ini terdapat guest house yang kerap digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar sinetron. Tak bisa dipungkiri, bentuk bangunan kayu seakan-akan mengesahkan pendapat bahwa perumahan di pegunungan layaknya terbuat dari kayu jati dan bergaya country ini menambah keindahan gambar. Jelas berbagai rumah produksi tak mau menyia-nyiakan tempat ini.
Berbagai fasilitas sudah tersedia di kebun raya ini, seperti area parkir yang luas yang dapat menampung puluhan kendaraan roda empat maupun bus, areal bermain anak, MCK, pendopo, teater alam terbuka, dan camping ground atau bumi perkemahan yang bisa menampung 200 tenda. Tiket masuk untuk menuju ke kebun raya ini sebesar Rp 6.000/orang.

3.    Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kalinya di umumkan di Indonesia pada tahun 1980. Keadaan alam yang khas dan unik menjadikan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem submontana, montana, sub-alpin, danau, rawa, dan savana.
Ekosistem sub-montana dicirikan oleh banyaknya pohon –pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus)  dan puspa (schima walliichii). Sedangkan ekosistem sub-alphin dicirikan adanya dataran yang ditumbuhi rumput  Isachne pangeragensis, bunga eidelwis (Anaphalis javanicus), violet  (Viola pilosa),  dan cantigi (Vaccinium varingiaefolium).
Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pnagrango yaitu owa (Hylobates molach), surili(Presbytis comata comata), lutung bundeng (Trachypithecus aurantus aurantus), dan satwa langka lainnya seperti macan tutul (Panthera pardus melas), landak  jawa (Hystrix brachyura brachyura), kijang (Muntiacus muntjak muntjak)  dan musang tenggorokan kuning (Martes flavigula).
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terkenal akan kaya berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di pulau jawa. Beberapa diantaranya adalah burung langka yaitu elang jawa dan burung hantu.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfer pada tahun 1977 dan sebagai Sistem Park dengan Taman Negara di Malaysia pada tahun 1995.
Temperatur udara  5o-28oc . curah hujan rata – rata 3.600 mm/tahun. Ketinggian tempat 1000-3000 m dpl.
Ada beberapa lokasi atau obyek yang menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan maupun para pendakin antara lain:

Telaga Biru.
Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.

Air terjun Cibeureum
Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat.

Air Panas.
Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.

Puncak dan Kawah Gunung Gede.
Panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor terlihat dengan jelas, atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Di puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu dan Wadon. Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas.

Alun-alun Suryakencana.
Dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.

Gunung Putri dan Selabintana.
Berkemah dengan kapasitas 100-150 orang.

B.   Alat dan bahan
1.    Senter
2.    Laptop
3.    Camera
4.    Tali kasur
5.    Alat tulis
6.    Daftar wawancara di Balittro dan KRC

C.   Cara kerja
1.    Pengamatan di balitro, kebun Raya cibodas, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
a.    Balittro
1.  Catat penjelasan yang disampaikan oleh narasumber
2.  Lakukan wawancara terhadap narasumber apabila ada yang kurang dimengerti
3.  Deskripsikan dan dokumentasikan koleksi tanaman obat
4.  Lakukan identifikasi pada tanaman yang didapat

b.    Kebun Raya Cibodas
1.  Lakukan wawancara terhadap pemandu
2.  Jelaskan dengan detail setiap koleksi tanaman obat yang ada di KRC
3.  Deskripsikan dan dokumentasikan koleksi tanaman obat
4.  Lakukan identifikasi pada tanaman yang didapat

c.    Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
1.  Pembentukan plot pada HM 21
2.  Tarik tali kasur 10 m tegak lurus dari jalur
3.  Buat plot dari tali kasur 10m x 10m dan subplot 5m x 5m lalu tentukan kuadran menggunakan kompas
4.  Jelaskan kondisi lingkungan plot dan sekitarnya
5.  Deskripsikan dan dokumentasikan setiap jenis tumbuhan yang ada di dalam pot
6.  Hitung jumlah individu untuk setiap jenis tumbuhan
7.  Lakukan identifikasi pada tumbuhan tersebut

2.    Wawancara di balitro dan kebun raya cibodas
a.  Balittro
·         Ekstraksi
Pembuatan ekstraksi atau pembuatan jamu herbal :
-        Ambil daun yang berumur tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda
-        Cuci bersih menggunakan air PAM atau air sumur (jangan menggunakan air kotor, karena dihawatirkan akan terkontaminasi dengan bakteri)
-        Tiriskan, minimal 2 jam lalu jemur / angin-anginkan. Apabila simplisia yang dijemur masih mengandung air akan didapatkan hasil yang tidak bagus (cepat terkena jamur atau bakteri)
-        Jemur
Proses pengeringan salah satu nya ada kering matahari, waktu nya ada 2 bagian pada jam 8 pagi – 11 siang (langsung terpapar sinar matahari) dan jam 11 siang – 4 sore (ditutup dengan kain hitam yang tipis, bertujuan agar bahan aktif yang ada si dalam simplisia tidak menguap karena sinar matahari karena kain hitam dapat memantulkan cahaya dan menyerap panas)
Proses sebar : biasanya dilakukan oleh departemen kesehatan atau badan POM
Kering angin : kering yang diangin- anginkan biasanya menggunakan suhu ruang, blower atau kipas angin. Biasanya kering angin digunakan untuk mengatasi musim hujan.
Kering oven : menggunakan oven, dengan suhu 40-50oC jangan lebih dari suhu tsb karena dapat menyebabkan kerusakan
-        Setelah kering bikin ekstraksi
Penyulingan menggunakan alat grander. Grander mempunyai saringan dan ukurannya. Satuan ukuran grander disebut mes. Biasanya untuk ekstraksi menggunakan 60 mes. Kapsul 100 mes. Semakin tinggi nilai mes maka hasil akan semakin halus.
·         Penyulingan
Mesin giling untuk menggiling bahan yang akan diujikan
Desikator untuk melakukan destilasi yang berguna pada saat proses penyulingan
     
Tempat pengeringan simplisia menggunakan suhu ruang
Tempat pengeringan simplisia dan dapat mempertahankan warna, tetappi memerlukan waktu yang cukup lama
·         Pembudidayaan
Didalam tempat pembudidayaan terdapat banyak tanaman obat, salah satunya :
-        Lavender : untuk bahan aktif obat nyamuk atau bahan aktif penghitam rambut (minyak rambut)
-        Jarut / patat : umbinya biasanya digunakan untuk masker
b.  Kebun Raya Cibodas

3.    Analisa vegetasi
4.    Koleksi bibit tanaman obat



















Bab III
Telaah Jenis di Balitro

A.   Cabe jawa

1.  Suku: Piperaceae
2.  Nama latin: Piper retrofractum Vahl.
3.  Nama local:
Cabean, cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, c.sula (Jawa), Cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe solah (Madura), Lada panjang, cabai jawa, cabai panjang (Sumatera), Cabia (Makasar).
4.  Deskripsi:
Cabe jawa merupakan tumbuhan asli Indonesia, ditanam di pekarangan, ladang, atau tumbuh liar di tempat-tempat yang tanahnya dak lembap dan berpasir seperti di dekat pantai atau di hutan sampai ketinggian 600 m dpl. Tumbuhan menahun, batang percabangan liar, tumbuh memanjat; rnelilit, atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10 m. Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu. Daun tunggal, bertangkai, bentuknya bulat telur sampai lonjong, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8,5 - 30 cm, lebar 3 - 13 cm, hijau.
Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh tegak atau sedikit merunduk, bulir jantan lebih panjang dari bulir betina. Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2 - 7 cm, garis tengah 4 - 8 mm, bertangkai panjang, masih muda berwarna hijau, keras dan pedas, kemudian warna berturut-turut menjadi kuning gading dan akhirnya menjadi merah, lunak dan manis. Biji bulat pipih, keras, cokelat kehitaman. Perbanyakan dengan biji atau setek batang. 
5.  Manfaat:
Buah cabe jawa dapat digunakan untuk mengatasi:
- kejang perut, muntah-muntah, perut kembung, mulas,
- disentri, diare,
- sukar buang air besar pada penderita penyakit hati,
- sakit kepala, sakit gigi,
- batuk, demam,
- hidung berlendir,
- lemah syahwat,
- sukar melahirkan,
- neurastenia, dan
- tekanan darah rendah.
Bagian akar dapat digunakan untuk:
- kembung, pencernaan terganggu,
- tidak dapat hamil karena rahim dingin,
- membersihkan rahim setelah melahirkan,
- badan terasa lemah,
- stroke,
- rematik, gout, dan nyeri pinggang.
Daun dapat digunakan untuk mengatasi:
- kejang perut dan
- sakit gigi.
6.  Cara penggunaan tanaman: -
7.  Foto

B.   Daun encok

1.  Suku: Plumbaginaceae
2.  Nama latin: Plumbago zeylanica L.
3.  Nama local:
Daun encok, ki encok (Sunda), ceraka (Sumatera); Bama, godong encok, poksor (Jawa). kareka (Madura); Bama (Bali), oporie (Timor). ; Agni, chitra, chitraka (India, Pakistan),; Ceylon leadwort, white flowered leadwort (Inggris). Daun encok, ki encok (Sunda), ceraka (Sumatera); Bama, godong encok, poksor (Jawa). kareka (Madura); Bama (Bali), oporie (Timor). ; Agni, chitra, chitraka (India, Pakistan),; Ceylon leadwort, white flowered leadwort (Inggris).
4.  Deskripsi:
Tumbuhan ini berasal dari Sri Lanka, kemudian menyebar ke seluruh kawasan tropik, termasuk Indonesia dan kepulauan Pasifik. Daun encok tumbuh liar di ladang, di tepi saluran air atau ditanam di pekarangan sebagai pagar hidup dan tempat-tempat lainnya sampai setinggi + 800 m dpi. Perdu tahunan yang menaik, berbatang panjang, tinggi 0,6 - 2 m. Batang berkayu, bulat, licin, beralur, bereabang. Daun tunggal, letak berseling, bertangkai yang panjangnya 1,5 - 2,5 cm, pangkal tangkai daun agak melebar, memeluk batang. Daun bulat telur sampai jorong, panjang 5 - 11 cm, lebar 2 - 5 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi beringgit, pertulangan menyirip, wamanya hijau. Bunga majemuk dalam tandan yang keluar di ujung tangkai, kecil-kecil, berambut, berwarna putih. Buah kecil, bulat panjang, masih muda hijau, setelah tua hitam. Biji kecil, cokelat. Perbanyakan dengan biji atau setek. 
5.  Manfaat:
Rematik sendi, memar (lebam), keseleo, nyeri lambung,kurap,  Kanker dan kanker darah.
6.  Cara penggunaan tanaman:
·         Akar sebanyak 10 - 15 g, direbus selama lebih dari 4 jam.
·         Pemakaian luar, daun diremas lalu diletakkan pada bagian tubuh yang kena rematik, sakit pinggang, memar, kurap, kusta, skabies, sakit ke ala atau diletakkan di perut bagian bawah bila kencing kurang lancar. Saat menggunakan remasan daun ini jangan lebih dari 1/2 jam agar tidak timbul lepuh seperti luka bakar.
Contoh pemakaian :
·      Kencing kurang lancar
     Ambil daun encok secukupnya, tambahkan adas pulosari lalu giling  halus. Gosokkan ramuan tersebut di perut bagian bawah, tepat di posisi kandung kencing. Cukup 30 menit agar tidak terjadi lepuh.
Catatan :
o  Perempuan hamil dilarang menggunakan.
o  Bila timbul keracunan pada kulit, cuci dengan asam borat (boric acid).
o  Daun hanya digunakan untuk pemakaian luar. Pemakaian luar juga dibatasi selarna 1/2 jam. Terlalu lama menyebabkan timbulnya lepuh seperti luka bakar.
7.  Foto


C.   Kayu putih

1.  Suku: Myrtaceae
2.  Nama latin: Meialeuca leucadendra L.
3.  Nama local:
Gelam (Sunda, Jawa), ghelam (Madura), inggolom (Batak); Gelam, kayu gelang, kayu putih (Melayu), bru galang,; Waru gelang (Sulawesi), nggielak, ngelak (Roti), ; lren, sakelan (Piru), irano (Amahai), ai kelane (Hila),; irono (Haruku), ilano (Nusa Laut Saparuna), elan (Buru).; Bai qian ceng (China).
4.  Deskripsi:
Kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas kembali setelah terjadi kebakaran. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpi, dapat tumbuh di dekat pantai di belakang hutan bakau, di tanah berawa atau membentuk hutan kecil di tanah kering sampai basah. Pohon, tinggi 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan. Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah. Daun tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling. Helaian daun berbentuk jorong atau lanset, panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, tulang daun hampir sejajar. Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.
Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua. Bijinya halus, sangat ringan seperti sekam, berwarna kuning. Buahnya sebagai obat tradisional disebut merica bolong. Ada beberapa varietas pohon kayu putih. Ada yang kayunya berwarna merah, dan ada yang kayunya berwarna putih. Rumphius membedakan kayu putih dalam varietas daun besar dan varietas daun kecil. Varietas yang berdaun kecil, yang digunakan untuk membuat minyak kayu putih. Daunnya, melalui proses penyulingan, akan menghasilkan minyak atsiri yang disebut minyak kayu putih, yang warnanya kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan. Perbanyakan dengan biji atau tunas akar.




5.  Manfaat:
Daun:
- Rematik.
- Nyeri pada tulang dan syaraf (neuralgia).
- Radang usus, diare, perut kembung.
- Radang kulit.
- Ekzema, sakit kulit karena alergi.
- Batuk, demam, flu.
- Sakit kepala, sakit gigi.
- Sesak napas (asma)
6.  Cara penggunaan tanaman:
Pada daun: 10-15 g, direbus. Pemakaian luar: Kulit atau daun secukupnya digiling halus, untuk pemakaian setempat seperti alergik dermatitis, ekzema, luka bernanah atau daun segar secukupnya direbus, airnya untuk cuci.
Cara pemakaian:
·         Rasa lesu dan lemah, insomnia:
 Kulit kering sebanyak 6-10 g dipotong-potong seperlunya, direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.  Setelah dingin disaring. minum.
·         Rematik, nyeri syaraf, radang usus, diare:
Daun kering sebanyak 6-10 g direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas.  Setelah dingin disaring, minum..
7.    Foto






D.   Pacar cina

1.  Suku: Meliaceae
2.  Nama latin: Aglaia odorata Lour.
3.  Nama local:
Culan (Sunda). pacar culam (Jawa).; Pacar cina, culan (Sumatera). Mi zi lan (China).
4.  Deskripsi:
Pacar cina sering ditanam di kebun dan pekarangan sebagai tanaman hias, atau tumbuh liar di ladang-ladang yang cukup mendapat sinar matahari. Tumbuhan ini didatangkan dari Cina. Bunganya sering digunakan untuk mengharumkan teh atau pakaian. Perdu, tinggi 2 - 6 m, batang berkayu, bercabang banyak, tangkai berbintik-bintik kelenjar berwarna hitam. Daun majemuk menyirip ganjil yang tumbuh berseling, anak daun 3 - 5. Anak daun bertangkai pendek, bentuk bundar telur sungsang, panjang 3-6 cm, lebar 1 - 3,5 cm, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, permukaan licin mengilap terutama daun muda. Bunga dalam malai rapat, panjangnya.5 - 16 cm, warna kuning, dan harum. Buah buni, bulat lonjong, warnanya merah, panjang 6 - 7 mm, dengan ruang 1 - 3, biji 1 - 3. Perbanyakan melalui cangkok. 
5.  Manfaat:
Perut kembung, batuk, pusing, mempercepat persalinan, memar, Bisul, darah haid banyak, bau badan, diare, sukar menelan.
6.  Cara penggunaan tanaman
Daun, bunga, atau ranting sebanyak 5-15 g direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, batang, ranting atau daun digiling halus lalu dibubuhkan ke tempat yang sakit.

Contoh pemakaian :
·         Darah haid banyak:
Daun pacar cina segar sebanyak 1 genggam penuh dicuci bersih lalu direbus dengan 2 gelas air   sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring dan diminum. Sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
·         Bau badan:
 Daun pacar cina segar sebanyak 10 g dan daun sirih segar sebanyak 7 lembar dicuci lalu direbus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring. Kemudian minum sehari 2 kali, pagi dan sore, masing-masing 1/2 gelas.

Catatan : Perempuan hamil dilarang minum.


7.    Foto



E.   Pecut kuda

1.  Suku: Verbenaceae.
2.  Nama latin: Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl.
3.  Nama local:
Nama daerah: Jawa: jarong (Sunda), biron, karomenal, sekar laru, ngadirenggo (Jawa). Nama asing: Yu long bian (C),  snakeweed (I). Nama simplisia: Stachytarphetae jamaicensis Herba (herba pecut kuda)
4.  Deskripsi:
Pecut kuda tumbuh liar di tepi jalan, tanah lapang, dan tempat-tempat terlantar lainnya. Tanaman yang berasal dari Amerika tropis ini dapat ditemukan di daerah cerah, sedang, terlindung dari sinar matahari, dan pada ketinggian 1-1500 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 20-90 cm. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur, pangkal menyempit, ujung runcing, tepi bergerigi, permukaan jelas berlekuk-lekuk, panjang 4-8 cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau tua. Bunga majemuk tersusun dalam poros bulir yang memanjang, seperti pecut, panjangnya 4- 20 cm. Bunga mekar dalam waktu yang berbeda, ukurannya kecil, berwarna ungu, jarang berwarna putih. Buah berbentuk garis, berbiji 2. Biji berbentuk jarum, berwarna hitam. Untuk jenis Stachytarpheta indica Vahl., tingginya mencapai 2 meter, dipelihara sebagai tanaman pagar dan mempunyal khasiat obat yang sama dengan jenis Stachytarpheta jamaicensis [L.] Vahl. Pecut kuda dapat diperbanyak dengan biji. 
5.  Manfaat:
Pembersih darah, antiradang, dan peluruh kencing (diuretik).


6.  Cara penggunaan tanaman:
Bagian yang digunakan adalah herba, bunga, dan akar. Untuk penyimpanan, setelah dicuci dan dipotong-potong, jemur sampai kering. Untuk obat yang diminum, rebus 15-30 g
7.  Foto
Bab IV
Telaah Jenis di Kebun Raya Cibodas

A.   Jambu biji

1.  Suku: Myrtaceae
2.  Nama latin: Psidium guajava, Linn.
3.  Nama local:
Psidium guajava (Inggris/Belanda), Jambu Biji (Indonesia); Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa); Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura)
4.  Deskripsi:
Jambu Biji (Psidium guajava) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting; batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya.


5.  Manfaat:
Diabetes melitus, Maag, Diare (sakit perut), Masuk angin, Beser, Prolapsisani, Sariawan, Sakit Kulit, Luka baru.
6.  Cara penggunaan tanaman:
·         Diabetes Mellitus
Bahan: 1 buah jambu biji setengah masak. Cara membuat: buah jambu biji dibelah menjadi empat bagian dan  direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore
·         Maag
Bahan: 8 lembar daun jambu biji yang masih segar. Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan: diminum 3 kali sehari, pagi, siang dan sore
7.  Foto
   










B.   Sirih

1.  Suku: Piperaceae
2.  Nama latin: Piper betle, Linn.
3.  Nama local:
Betel (Perancis), Betel, Betelhe, Vitele (Portugal); Sirih (Indonesia), Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ju jiang (China)
4.  Deskripsi:
Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek (hijau agak kecoklatan) dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Daun sirih disamping untuk keperluan ramuan obat-obatan juga masih sering digunakan oleh ibu-ibu generasi tua untuk kelengkapan 'nginang' (Jawa). Biasanya kelengkapan untuk 'nginang' tersebut adalah daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir, dan kapulaga.
5.  Manfaat:
Sakit mata, Eksim, bau mulut, kulit gatal, Menghilangkan jerawat; Pendarahan gusi, Mimisan, Bronkhitis, Batuk, Sariawan, Luka; Keputihan, Sakit jantung, Sifilis, Alergi/biduren, Diare, Sakit gigi.
6.   Cara penggunaan tanaman:
·         Keputihan
7 - 10 lembar daun sirih. direbus dengan 2,5 liter air sampai mendidih. Cara menggunakan: air rebusan daun sirih tersebut dalam keadaan masih hangat dipakai untuk membasuh atau membersihkan seputar kemaluan secara berulang-ulang.
7.  Foto

    



C.   Som jawa

1.  Suku: Portulacaceae
2.  Nama latin: Talinum paniculatum (jacq.) Gaertn.
3.  Nama local:
Nama daerah: Gelang porslen. Nama asing: Turen shen (C), vergeet-mij-wel (B), tho cao ly sam, tho nhan sam (V), panicled fameflower root (I). Nama simplisia: Talini paniculati Radix (akar som jawa).
4.  Deskripsi:
Som jawa ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat, kadang ditemukan tumbuh liar. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis. Akarnya berdaging tebal, biasa digunakan sebagai pengganti kolesom. Di Jawa tumbuh pada ketinggian 5 - 1.250 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 30 - 60 cm, batang bercabang di bagian bawah dan pangkalnya mengeras. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai pendek, bundar telur sungsang, tepi rata, ujung dan pangkal runcing, panjang 3 - 10 cm, lebar 1,5 - 5 cm. Perbungaan majemuk dalam malai di ujung tangkai, berbentuk anak payung menggarpu yang mekar di sore hari, warnanya merah ungu. Buahnya buah kotak, diameter 3 mm, bijinya kecil, hitatn, bulat gepeng. 
5.  Manfaat:
Akar bersifat manis dan netral yang berkhasiat menguatkan paru, tonikum, dan afrodisiak. Sedangkan daunnya berkhasiat meningkatkan nafsu makan (stomakik)
6.  Cara penggunaan tanaman:
Akar som jawa yang telah dikeringkan sebanyak 30 - 60 g direbus, minum. Untuk pemakaian luar, daun som jawa segar dicuci lalu dipipis. Tempelkan pada bagian tubuh yang sakit.
7.  Foto



D.   Nanas

1.  Suku: Bromeliaceae.
2.  Nama latin: Ananas comosus (L.) Merr.
3.  Nama local:
Nama daerah: Sumatera: ekahauku (Enggano), anes (Aceh), nas (Gayo), henas, kenas, honas, hanas (Batak), gona (Nias), asit, nasit (Mentawai), enas, kanas, nanas (Melayu), aneh, naneh (Minangkabau), kanas, kanyas, nas, nyanyas (Lampung). Jawa: danas, ganas (Sunda), nanas (Jawa); lanas, nanas (Madura): Kalimantan: kanas, samblaka, malaka, uro usan, kayu usan, kayu ujan, belasan. Nusa Tenggara: manas (Bali), nanas (Sasak), aruma, fanda, pandal (Bima), panda (Sumba), nana (Sawu), peda, anana, pedang (Flores), parangena, nanasi (Taluud).Sulawesi: tuis mangandow, na'asi, nanasi, tuis, tuis ne walanda, busa, pinang (Ut.Alf.), nanati (Gorontalo), lalato (Buol), nanasi (Toraja), pandang (Makasar, Bugis), edan, ekam, hedan (Timor). esne (Kisar), ngewu (Tanimbar). Maluku: ai nasi, than baba-ba, kai nasi (Seram Timur), bangkalo, kampora, kanasoi (Seram Barat), anasu, banggala, bangkala, kai nasu, kambala, kampala (Seram selatan), arnasinu, kanasi, kurnasin, mangala, nanasi (Amb.Alf.), nanasu, anasul (Ulias). Irian Jaya: Manilmap, miniap.
 Nama asing:Pineapple (I), ananas (I;B;P;J), Pinya (Tag.). Nama simplisia :  Ananas Fructus (buah nanas).
4.  Deskripsi:
Nanas berasal dari Brasil. Di Indonesia, nanas ditanam di kebun-kebun, pekarangan, dan tempat-tempat lain yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian 1-1300 m dpl. Nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun. Herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm, terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daun berkumpul dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun bentuk pedang, tebal, liat, panjang 80-120 cm, lebar 2-6 cm, ujung lancip menyerupai duri, tepi berduri tempel yang membengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih, berwarna hijau atau hijau kemerahan. Bunga majemuk tersusun dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya buah buni majemuk, bulat panjang, berdaging, berwarna hijau, jika masak warnanya menjadi kuning. Buah nanas rasanya enak, asam sampai manis. Bijinya kecil, seringkali tidak jadi. Buahnya selain di makan secara langsung, bisa juga diawetkan dengan cara direbus dan diberi gula, dibuat selai, atau dibuat sirop. Buah nanas juga dapat digunakan untuk memberi citarasa asam manis, sekaligus sebagai pengempuk daging. Daunnya yang berserat dapat dibuat benang ataupun tall. Tanaman buah nanas dapat diperbanyak dengan mahkota, tunas batang, atau tunas ketiak daunnya. 
5.  Manfaat:
Sifat dan Khasiat Buah masak sifatnya dingin, berkhasiat mengurangi keluarnya asam lambung yang berlebihan, membantu mencernakan makanan di lambung, antiradang, peluruh kencing (diuretik), membersihkan jaringan kulit yang mati (skin debridement), mengganggu pertumbuhan set kanker, menghambat penggumpalan trombosit (agregasi platelet), dan mempunyai aktifitas fibrinolitik. Buah muda rasanya asam, berkhasiat memacu enzim pencernaan, antelmintik, diuretik, peluruh haid (emenagog), abortivum, peluruh dahak (mukolitik), dan pencahar. Daun berkhasiat antipiretik, antelmintik, pencahar, antiradang, dan menormalkan siklus haid. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian Penelitian terhadap pengaruh penambahan sari buah nanas terhadap mutu susu sapi telah dilakukan. Ternyata, pada penambahan 3,4 ml sari buah nanas diperoleh populasi bakteri terendah, yaitu 37,60x 10' sel/ml dan kadar lemak tertinggi 7,594%. Pada penambahan 3,2 ml sari buah nanas diperoleh kadar protein tertinggi 19,138°Io (M. Nuh Nasution, Jurusan Biologi FMIPA UNAND, 1993). Ternyata, enzim yang terkandung dalam buah nanas berkhasiat debridement yang cepat (percobaan dilakukan pada tikus yang mengalami luka bakar). Pemberian ekstrak nanas muda sebanyak 0,2 ml pada mencit hamil dapat mematikan embrio mencit jika diberikan pada umur kehamilan 2 dan 4 hari. Jika diberikan pada umur kehamilan 6 hari, kehamilan tetap berlangsung dan dapat melahirkan normal
6.  Cara penggunaan tanaman:
Untuk obat yang diminum, jus 1/2-2 buah nanas ukuran sedang atau dapat juga diparut, lalu minum.
Untuk pemakaian obat luar, kupas buah nanas, lalu parut. Turapkan hasil parutannya pada bagian tubuh yang sakit, seperti membersihkan jaringan mati (debridement) pada luka bakar, ketombe, bisul, koreng, dan radang kulit (dermatitis). Cara lain, tumbuk daun nanas sampai halus, lalu balurkan pada luka bakar, bisul, dan gatal-gatal.
7.  Foto


E.   Senggani

1.  Suku: Melastomataccae
2.  Nama latin: Melastoma candidum D. Don
3.  Nama lokal:
Harendong (Sunda), kluruk, senggani (Jawa), Senduduk (Sumatera). kemanden (Madura), Yeh mu tan (China), singapore rhododendron (Inggris)
4.  Deskripsi:
Senggani tumbuh liar pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang, atau di daerah obyek wisata sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini bisa ditemukan sampai ketinggian 1.650 m dpl. Perdu, tegak, tinggi 0,5 - 4 m, banyak bercabang, bersisik dan berambut. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan bersilang. Helai daun bundar telur memanjang sampai lonjong, ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar dengan 3 tulang daun yang melengkung, panjang 2 - 20 cm, lebar 0,75 - 8,5 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk keluar di ujung cabang berupa malai rata dengan jumlah bunga tiap malai 4 - 18, mahkota 5, warnanya ungu kemerahan. Buah masak akan merekah dan berbagi dalam beberapa bagian, warnanya ungu tua kemerahan. Biji kecil-kecil, warnanya cokelat. Buahnya dapat dimakan, sedangkan daun muda bisa dirnakan sebagai lalap atau disayur. Perbanyakan dengan biji.  beberapa bagian, warnanya ungu tua kemerahan. Biji kecil-kecil, warnanya cokelat. Buahnya dapat dimakan, sedangkan daun muda bisa dirnakan sebagai lalap atau disayur. Perbanyakan dengan biji. 
5.  Manfaat:
Senggani berkhasiat untuk mengatasi:
·         gangguan pencernaan makanan (dispepsi), disentri basiler, diare,
·         hepatitis
·          keputihan (leukorea), sariawan,
·         darah haid berlebihan, perdarahan rahim diluar waktu haid
·         mimisan, berak darah (melena), wasir berdarah,
·         radang dinding, pembuluh darah disertai pembekuan darah di dalam salurannya (tromboangitis)
·         air susu ibu (ASI) tidak lancar
·         keracunan singkong, mabuk minuman keras
·         busung air, dan bisul.


6.   Cara penggunaan tanaman:
Akar sebanyak 30 - 60 g direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, daun segar atau yang telah dikeringkan digiling halus lalu dibubuhkan, pada luka bakar atau luka berdarah. Luka tersebut lalu dibalut.
7.  Foto
















Bab V
Telaah Jenis di Taman Naisional Gunung Gede Pangrango

Plot berada di HM 21, Berada di samping bawah jembatan. Tepatnya disebelah kanan bila menuju ke air terjun cibeurum. Plot dibuat dengan ukuran 10m X 10m, dengan subplot quadrant 5 meter. Cuaca saat di lakukan pengamatan cerah.

1.  Plot 1
Mengarah ke utara.
-         Plot 1 mendapat sinar cahaya matahari sebesar ± 30%.
-        Lingkungan di sekitar plot 1 tanahnya sedikit curam ke bawah
-        Keadaan plot dalam keadaan lembab
     Tanaman-tanaman plot 1:
A.   Paku rane

1.  Suku: Selaginellaceae
2.  Nama latin: Selaginella plana Hieron
3.  Nama lokal: paku rane, cakar ayam, shi shang bai
4.  Deskripsi:
            Di tempat yang teduh biasanya daunnya menjadi kebiruan sehingga menambah indahnya tumbuhan ini. Perawakan maupun bentuknya serupa rane halus (Selaginella willdenowii). Hanya saja ukuran daun lebih lebar. Daunnya kecil-kecil dan tersusun melingkari batangnya. Berbeda dengan rane halus  (Selaginella willdenowii) daun-daun suburnya lebih lancip. Susunannya pun lebih rapat. Batangnya terletak di permukaan tanah dan kadang-kadang berakar membentuk tanaman baru. Di daerah yang cocok tumbuhan ini mencapai panjang 1 m  (Listyorini, 1980).
Di antara tumbuhan rasam yang tidak lebat di lereng-lereng bukit di Jawa Barat, sering dijumpai jenis paku lain yang disebut rane biru. Tumbuhan ini hanya terdapat di daerah yang lembap dan teduh.
Habitus bangsa Selaginellales  ini hampir bersamaan dengan Lycopodiinae. Sebagian mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang-cabang menggarpu anisotom, tidak memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Ada yang tumbuhnya membentuk rumpun, ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai panjang sampai beberapa meter (Tjitrosoepomo, 1994).
Selaginella memiliki batang merayap (prostrate) dan menjalar yang bercabang-cabang pada jarak pendek. Percabangannnya monopodial (yaitu titik tumbuh yang sama secara tetap merupakan titik tumbuh utama) walaupun dekat titik tumbuh itu tampaknya dikotomi. Batang memiliki banyak daun kecil-kecil yang dipisahkan oleh ruas yang jelas pada bagian yang lebih tua, tetapi berkelompok pada ujung pertumbuhan (Loveless, 1989).
5.  Manfaat:
Sebagai tanaman hias, rane biru ini telah lama dikenal sebagai obat penasak darah dan obat ulu hati
6.  Cara penggunaan: -
7.  Foto



2.  Plot 2
Mengarah ke utara.
-        Plot 2 mendapat sinar cahaya matahari sebesar ± 10%.
-        Lingkungan di sekitar plot 2 tanahnya curam ke bawah
-        Keadaan plot dalam keadaan lembab
Tanaman-tanaman plot 2:
A.  Kencur

1.  Suku: Zingiberaceae
2.  Nama latin: Kaempferia galanga, Linn.
3.  Nama local:
Kencur (Indonesia, Jawa), Cikur (Sunda), Ceuko (Aceh); Kencor (Madura), Cekuh (Bali), Kencur, Sukung (Minahasa); Asauli, sauleh, soul, umpa (Ambon), Cekir (Sumba);
4.  Deskripsi:
Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwara lembayung dengan warna putih lebih dominan. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka.
5.  Manfaat
Radang Lambung, Radang anak telinga, Influenza pada bayi; Masuk angin, Sakit Kepala, Batuk, Menghilangkan darah kotor; Diare, Memperlancar haid, Mata Pegal, keseleo, lelah;
6.  Cara penggunaan:
·         Radang Lambung
Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari. Cara membuat: kencur dikuliti sampai bersih dan dikunyah. Cara menggunakan: ditelan airnya, ampasnya dibuang, kemudian minum 1 gelas air putih, dan diulangi sampai sembuh
7.  Foto
 

3.  Plot 3
Mengarah ke utara.
-     Plot 3 mendapat sinar cahaya matahari sebesar ± 10%.
-     Lingkungan di sekitar plot 3 tanahnya sedikit curam ke bawah
-     Keadaan plot dalam keadaan lembab
Tanaman-tanaman plot 3:
A.  Pakis sarang burung

1.  Suku: Aspleniaceae
2.  Nama latin: Asplenium nidus L.
3.  Nama lokal: pakis sarang burung, Kontributor Martha, Kadaka (jawa), Paku sarang burung (Melayu)
4.  Deskripsi:
Paku epifit pada pohon tinggi, Tumbuh tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240 m dpl. Tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon besar. Secara umum tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang di batang pohon tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap sinar matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis.
Daun tunggal tersusun pada batang sangat pendek melingkar membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 -150 cm, lebar 3 – 30 cm. perlahan-lahan menyempit sampai bagian ujung. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata dengan permukaan yang berombak dan mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang, daun bentuk lanset, tersusun melingkar, ujung meruncing, warna daun bagian atas hijau terang, bagian bawah hijau pucat.
Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung mendukung daun-daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya terdapat kumpulan akar yang besar dan rambut berwarna coklat, bagian ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm, berwarna coklat hitam.
5.  Manfaat:
Manfaat Obat penyubur rambut (Boon, 1999), demam, sakit kepala (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 2000), kontrasepsi, gigitan atau sengatan hewan berbisa (Baltrushes, 2006). Anti radang dan pelancar peredaran darah
6.  Cara penggunaan:
Daunnya ditumbuk dan dicampur dengan parutan kelapa kemudian dioleskan pada rambut,
·         Obat bengkak
Daun paku sarang burung segar sebanyak segar sebanyak 15 gram, dicuci, ditumbuk halus dan ditambah sedikit anggur kemudian diborehkan ke bagian yang sakit.
·         Obat luka memar
Daun paku sarang burung segar sebanyak 15 gram, dicuci dan direbus dengan 200 nil air sanipai mendidih selama 15 menit, dinginkan dan saring. Hasil saringan diminum sekaligus dan lakukan pengobatan sebanyak 2 kali sehari, pagi dan  sore.
7.  Foto
4.  Plot 4
Mengarah ke utara.
-     Plot 4 mendapat sinar cahaya matahari  sebesar ± 20%.
-     Lingkungan di sekitar plot 4 tanah rata tetapi ada tumpukan pasir dibawahnya
-     Keadaan plot dalam keadaan lembab
Tanaman-tanaman plot 4:
A.  Pohon pinang

1.  Suku: Arecaceae
2.  Nama latin: Areca catechu L
3.  Nama lokal:
Jambe, penang, wohan (Jawa). pineng, pineung, pinang,; Batang mayang, b. bongkah, b. pinang, pining, boni (Sumtra); Gahat, gehat, kahat, taan, pinang (Kalimanantan). alosi; mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon.(Sul.); Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku). bua, winu
4.  Deskripsi:
Pinang umumnya ditanam di pekarangan, di taman-taman atau dibudidayakan, kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain, dapat ditemukan dari 1-1.400 m dpl. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m, diameter 15-20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi. Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur.
Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu. Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye. Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Umbutnya dimakan sebagai lalab atau acar, sedang buahnya merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Pelepah daun yang bahasa Sundanya disebut upih, digunakan untuk pembungkus makanan, bahan campuran untuk pembuatan topi, dsbnya. Perbanyakan dengan biji.
5.  Manfaat:
Cacingan, Perut kembung, Luka, Batuk berdahak, Diare, Kudis; Koreng, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, difteri; Tidak nafsu makan, Sembelit, Sakit pinggang, gigi dan gusi,;
6.  Cara penggunaan
Untuk minum: 5-10 g biji kering atau 5-10 g sabut, rebus. Pemakaian luar : Biji secukupnya direbus, airnya untuk mencuci luka dan infeksi kulit lainnya.
Cara pemakaian:
·         Cacingan:
30 g serbuk biji pinang direbus dengan 2 gelas air, didihkan perlahan-lahan seiama 1 jam. Setelah dingin disaring, minum sekaligus sebelum makan pagi.
7.  Foto






Bab VI
Analisa vegetasi

a.  Paku

b.  Herba
c.   Perdu









Bab VII
Koleksi bibit

A.   Azelea

1.  Nama latin            :   Rhododendron simsii Planch
2.  Nama lokal            :  azelea, saliyah (jawa)
3.  Deskripsi:
Habitus : Semak menahun, tegak, tinggi 50-100 cm.
Batang           : Bulat, percahangan rap at, permukaan kasar, coklat.
Daun  :Tunggal, rosel batang, tersebar, langkai pendek, helaian daun bentuk lonjong sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 2-5 cm, lebar 1-2 cm, pertulangan menyirip, permukaan berbulu halus, hijau.
Bunga            :Tunggal, berkelompok, bentuk berkas, tangkai bulat, berbulu, dengan seludang bunga berwarna coklat, panjang 1-2 cm, warna hijau, kelopak bcrlepasan, 5 helai, ujung runcing, berbulu, hijau, benang sari 6-10, panjang tidak sama, warna orange, dasar mahkota berlekalan, ujung lepas, 5 helai, panjang 5-8 cm, halus, warna orange.
Buah  : Kotak, bentuk bulat telur, permukaan berbulu, panjang 0,5-1 cm, coklat.
Biji                   :Bulat, jumlah banyak, kecil, putih,
Akar                :Tunggang, kuning kecoklatan.

Manfaat         : Obat batuk, obat reuniatik, penghangat badan.
Khasiat dan pemanfaatan
·         Obat batuk daun asalea segar sebanyak 60 gram dicuci bersih dan direbus dengan 400 ml air hingga mendidih selama 15 menit atau air rebusan tinggal setengahnya. Dinginkan dan disaring kemudian minum sekaligus, lakukan pengobatan sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore.
·         Obat rcumatik: daun asalea segar sebanyak 10 gram potong-potong kecil, dicuci bersih rebus dengan 400 ml air sampai mendidih selama 15 menit, dinginkan dan saring, minum sekaligus. Lakukan pengobatan sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore. Hati-hati jangan gunakan dengan takaran rnelebihi dosis yang dianjurkan karena dapat nenyebabkan keracunan.

B.   Kembang Sepatu
Nama Latin   :Hibiscus rosa-sinensis L.
Nama Daerah
Sumatera : Bungong roja (Aceh), Bunga-bunga (Batak Karo),  Soma-soma (Nias), Bekeju (Mentawai). Jawa : Kembang sepatu (Betawi), Kembang Wera
(Sunda), Kembang Sepatu (Jawa Tengah), Bunga Rebong (Madura). Bali : Waribang Nusa Tenggara : Embuhanga (Sangir) Sulawesi : Ulange (Gorontalo), Kulango (Buol), Bunga Cepatu (Makasar), Bunga Bisu (Bugis). Maluku : Ubu-ubu (Ternate), Bala Bunga (Tidore).
Deskripsi
Habitus          :tanaman perdu, tahunan , tumbuh tegak dan
mempunyai tinggi kurang lebih 3 m.
Batang           :  berbentuk bulat , berkayu, keras dan
berdiameter kurang labih 9 cm, jika masih muda batangnya
berwarna ungu dan berwarna putih kotor setelah tua.
 Daun : tunggal, tepi daun beringgit, ujungnya runcing, pangkal tumpul, mempunyai panjang 10-16 cm, lebarnya 5-11 cm, daun berwarna hijau muda dan hijau
Bunga            :terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima Termasuk bunga tunggal, bentuknya terompet, terletak di ketiak daun, kelopaknya berbentuk lonceng, berbagi lima, hijau kekuningan, mahkota terdiri dari lima belas sampai dua puluh daun mahkota, merah muda, benang sari banyak, tangkai sari merah, kepala sari kuning, putik bentuk tabung, dan bunga berwarna merah.
Buah  : kecil, lonjong, berdiameter kurang lebih 4 mm, jika masih muda berwarna putih dan jika sudah tua berwarna coklat.
Biji       : pipih dan berwarna putih.
Akar    : tunggang dan berwarna coklat muda
Manfaat         :
 Daun bunga kembang sepatu berkhasiat sebagai obat demam
pada anak-anak, obat batuk dan obat sariawan. Untuk obat
demam pada anak-anak dipakai kurang lebih 25 gram daun segar
ditambah dengan air dua sendok makan, ditumbuk sampai lumat,
kemudian dibalurkan pada bagian dada punggung dan leher.
Sebagai ekspektoran, emolliens, mengeluarkan lender sebagai
obat bronchitis, obat gonore dan sariawan. Bagian bunga
dimanfaatkan untuk peluruh dahak, penurun panas,
dan pelembut  kulit, mimisan, disentri, infeksi saluran kencing,
haid tidak teratur (Widjayakusuma dkk., 1994). Bunga kembang
sepatu merah yang direbus dalam santan serta dibubuhi gula
merupakan obat batuk. Resep ini digunakan di Yogyakarta dan
Surakarta . Ekstrak etanolik bunga kembang sepatu mampu
menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis yang
sensitif dan resisten Ekstrak etanolik daun kembang sepatu
mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans,khasiat
bunga kembang sepatu dalam meningkatkan senyawa
antioksidan endogen miokardial, sehingga berefek kardioprotektif.
Ekstrak etanolik akar kembang sepatu mempunyai aktivitas
sebagai antiimplantasi Ekstrak petroleum eter,  hidroalkohol, dan
kloroform bunga kembang sepatu mampu menurunkan tekanan
darah.


C.   Lavender
Suku              :Lamiaceae
Spesies          : Lavandula angustifolia Mill.
Nama lokal    : Lavender
Deskripsi
Habitus          : Semak, [paling tinggi 1 m, daun bertulang sejajar, bunga berwarna ungu kebiruan di ujung daun]
Daun              : daun bertulang sejajar,
Bunga                        : bunga berwarna ungu kebiruan di ujung daun.
Manfaat         : mirip kamfer sehingga dapat disuling untuk menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan anti nyamuk.


















D.   Kumis kucing
Keluarga : Lamiaceae
Spesies : Orthosiphon spp.
Nama lokal    : Kumis kucing, Mamang besar (Indonesia); Kutun, mamam, bunga laba-laba (Jawa); Mao Xu Cao (China).;
Deskripsi
Habitus          : Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m.
Batang           : bersegi empat agak beralur.
Daun              :Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1– 10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm.
Bunga                        : Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh
bulu pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas.
Buah  : Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.
Manfaat         : Infeksi Ginjal, Infeksi Kandung kemih, Kencing batu, Encok; Peluruh air seni, menghilangkan panas dan lembab.
Pemanfaatan
BAGIAN YANG DIPAKAI :
Seluruh tumbuhan, basah atau kering (dianginkan dahulu, lalu dijemur di panas matahari).
Kegunaan:
1. Infeksi ginjal (Acute dan chronic nephritis), infeksi kandung   kemih  (Cystitis).
2. Sakit kencing batu.
3. Encok (Gout arthritis).
4. Peluruh air seni (Diuretic).
5. Menghilangkan panas dan lembab.
Pemakaian :
30 - 60 gr. (kering) atau 90 - 120 gr (basah) direbus, atau yang kering/basah diseduh sebagai teh.






Bab VIII
Daftar pustaka